Mataram, MEDIA—Mahasiswa Pelatihan Kerjan Lapangan (PKL) Prodi Sosiologi ambil peran sebagai Notulen dalam acara Rapat Koordinasi Wilayah (RAKORWIL) yang di adakan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tenggara Barat ( NTB) bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (DinKes NTB) dan Komunitas Sub Recipient( SR).
Rakorwil yang di akadakan ini mengkat tema “Eliminasi TBC di Indonesia – Menuju 90%”. Rapat ini bertujuan untuk memperkuat upaya eliminasi tuberkulosis (TBC) di Indonesia, khususnya di wilayah NTB, dengan target ambisius mencapai penurunan kasus hingga 90%.
Acara dibuka oleh MC, Dimas Andrian Maulana, diikuti dengan sambutan dari Bapak Ahmad Hidayat S.Pd, SR Manajer Komunitas dan Direktur PKBI, yang menekankan bahwa program TBC sudah menjadi program internasional. Ahmad Hidayat menggarisbawahi pentingnya evaluasi program untuk memperbaiki pendekatan eliminasi TBC.
Bapak H. Lalu Hamzi Fikri, Kepala Dinas Kesehatan NTB, juga memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi. Dalam sambutannya, beliau menyatakan bahwa permasalahan TBC memerlukan respons cepat dan komunitas memiliki peran penting dalam penanggulangannya.
“Solusi harus datang dari komunitas. Dengan kebijakan, regulasi, dan kekuatan yang kita miliki, kita bisa melakukan intervensi hingga tingkat komunitas,” tegasnya.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi eliminasi TBC di Indonesia. Pemateri menyampaikan data dan strategi eliminasi TBC berdasarkan Peraturan Presiden No. 67 tahun 2021 tentang penanggulangan TBC. Poin-poin penting yang disampaikan meliputi peningkatan akses layanan TBC bermutu, optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, serta peningkatan peran serta komunitas dalam eliminasi TBC.
Data situasi TBC di NTB periode 2021-2023 menunjukkan peningkatan kasus yang terdeteksi. Estimasi kasus TBC pada tahun tersebut mencapai 20.548, dengan notifikasi kasus meningkat dari 7.153 pada 2021 menjadi 10.947 pada 2023. Namun, tantangan dalam penemuan kasus secara aktif dan pelaporan real-time masih menjadi hambatan yang perlu diatasi.
Diskusi yang diadakan memberikan ruang bagi peserta untuk bertanya dan berbagi pengalaman. Salah satu pertanyaan menarik datang dari Ibu Winda mengenai pencapaian terapi pencegahan TBC (TPT) di Mataram dan cara untuk meningkatkan koordinasi komunikasi yang kurang maksimal. Pertanyaan lain dari Mas Wawan menyinggung tentang panduan terbaru untuk TPT dan peran sektor lain dalam penanganan TBC.
Sesi pemaparan dan diskusi yang intensif ini diakhiri dengan beberapa rekomendasi strategis untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan TBC, termasuk memperkuat koordinasi antar sektor dan memastikan keterlibatan aktif semua fasilitas kesehatan dalam melaporkan data penemuan kasus TBC.
Rakorwil ini diharapkan menjadi momentum penting dalam upaya bersama untuk mencapai eliminasi TBC di NTB dan seluruh Indonesia pada tahun 2030. Peran aktif komunitas dan sinergi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mewujudkan target ambisius ini.
Kegiatan ini diadakan pada hari Kamis, 25 Januari 2024 dengan jumlah peserta rakorwil sebanyak 25 orang.(albn/advetorial)