Sumbawa- Acap kali rasa penasaran membawa penulis kehadapan televisi akhir-akhir ini setelah mendengar kabar kekejaman Zionis Israil di komplek Masjid Al-Aqsa Jum’at 7 Mei lalu. Sebelum berbicara sebagai seorang manusia yang memiliki hati dan rasa empati, penyerangan ditempat ibadah dan saat menjalankan ibadah sangat menyayat hati umat islam diseluruh dunia. Jikalaupun itu terjadi kepada umat agama lain, saya yakin hal serupa juga akan dirasakan sebagai bentuk solidaritas sesama agama.
Tapi kali ini, penulis sering juga menganalisa beberapa respon netizen Indonesia di media online facebook melalui gawai. Terlebih tentang berita serangan balik dari Hamas (Militer di Gaza) yang menggencarkan kurang lebih 130 rudal ke Tel Aviv, Israel (Sumber: Kompas.com). Bukan isi beritanya yang membuat saya penasaran melainkan respon Netizen Indonesia dikolom komentar. Ada yang berpesan “berdamailah, tidak baik berbalas dendam”, “Palestina janganlah kejam !” . Suatu ketika berita lain mengabarkan Israel menyerang balik ada juga yang komentar “Balasan dari Israel atas kekejaman Hamas, mengorbankan warga sipil di Palestina”.
Penulis merasa aneh saja dengan perilaku netizen di Indonesia walaupun yang berkomentar negatif terhadap Palestina 10% nya saja. Berlaga sebagai seorang peneliti sosial media, kembali menelusuri rekam jejak beberapa netizen tersebut dengan mengunjungi profil fb nya. Hingga sampai pada kesimpulan bahwa Netizen yang berkomentar negatif itu didominasi oleh nonmuslim. Bukan untuk provokator, tapi fakta dapat dibuktikan walaupun di dunia maya. Netizen tersebut bisa saja Buzzer yang dibayar untuk memecah belah antar umat beragama di Indonesia, sebagai bentuk husnudzon (pikiran positif) penulis. Karena Penulis yakin banyak nonmuslim yang mengecam aksi Israel itu.
Walaupun solidaritas antar sesama Agama nampaknya lebih menonjol di Republik ini, bukan suatu hal yang salah . Nampaknya kita agak terlupa akan sejarah Palestina yang sudah hampir 1 abad mempertahankan wilayahnya dari jajahan Israel. Ribuan bahkaan jutaan nyawa telah menjadi tumbal kekejaman, realitasnya sebagai seorang yang mempertahankan rumah, tanah, dan kedaulatannya. Tentu semua perlawanan Palestina didasari atas kedaulatan yang harus mereka jaga bukan semata balas dendam. Nampaknya kita sebagai rakyat Indonesia juga lupa, bahwa Palestina merupakan salah satu Negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia atas Belanda.
Tidak harus menjadi seorang muslim, cukup jadi manusia kita akan merasakan penderitaan di Palestina. Bahkanpun jika kita tidak ingin menjadi manusia, cukup menjadi Indonesia. Maka rasa balas budi kita tunjukkan kepada Palestina sebagai Negara yang merdeka. “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan…” UUD 1945. Seorang Nasionalis ataupun seorang yang katanya pancasilais, tentu akan menegakkan amanat nasional tersebut dan terenyuh akan kondisi Negara Palestina.
Ini bukan perang antar agama, ini semata tentang kedaulatan sehingga jelas kemana kita akan berpihak. Sebagai mahasiswa dan umumnya sebagai rakyat Indonesia, tentu saja kita memiliki keterbatasan dalam membantu warga Palestina. Tapi yakinlah, keterbatasan itu dapat kita maksimalkan. Mengutip anjuran dari aktivis kemanusiaan Indonesia di gaza, Palestina (Muhammad Husein). Ada 3 aksi nyata yang dapat dilakukan warga Indonesia untuk Palestina, diantaranya:
- Doakan, agar semua konflik ini usai dan Palestina diberikan kemerdekaan oleh Allah SWT.
- Beritakan/ Informasikan/ Suarakan, jangan diam. Setidaknya dari informasi yang kita share dapat menggugah hati masyarakat sehingga muncul upaya-upaya nyata lainnya.
- Berdonasi, setidaknya dari donasi kita dapat meringankan beban warga Palestina dari segi sandang, pangan, & papannya.
Sebagai manusia tentu harus dapat mengambil hikmah dari setiap musibah yang ada. Demi kemanusiaan kita dituntut untuk gotongroyong membantu warga Palestina dari beberapa upaya yang ada. Selain itu, penulis mencari upaya lainnya untuk menghentikan peperangan di Palestina dengan cara Diplomatis mungkin? Bahkan dari propaganda Indonesia. Saatnya Presiden Indonesi Joko Widodo Show Up lebih tegas dan lebih berwibawa menyuarakan serta lebih kongkret untuk membantu Palestina. Walaupun pada akhirnya jalan kedamaian adalah jalan yang terbaik.