Oleh: El
Pada batas-batas samudera yang hilang dalam bayang, aku meringkuk pilu dalam sebuah pemikiran buntu. Jingga yang mulai menjilat birunya lautan, kini menggelap berarak jatuh pada bagian bumi di ufuk sana.
“Kau benar-benar tidak pernah menyimpan rasa suka padaku sedikit saja, tuan?”
Gemuruh di dada mulai mencipta jelaga yang siap menjadi abu. Hilang, dan tak bersisa.
“Kita hanya teman.”
Mataku mulai meredup pilu. Seakan tahu keadaan, gelapnya malam tanpa bintang memaksaku mengerti, ini tak akan pernah berhasil.
“Apa yang tak kumiliki yang di miliki puan itu?” Tanyaku sedikit bergetar.
Helaan nafasmu yang memberat seakan memberiku peringatan. Bahwa aku tak lebih dari seorang teman. Bahwa hubungan ini tak akan berubah selain dari persahabatan.
“Kamu tidak memiliki hatiku,” katamu begitu kejam.
Sial.
Kelabu, 2020