Media Unram – Ratusan hingga ribuan mahasiswa Universitas Mataram (Unram) yang tergabung dalam Garda Biru mendatangi Gedung Rektorat Unram. Mereka mengatakan mosi tidak percaya pada Rektor Unram.
Mosi tersebut disampaikan oleh Koordinator Umum (Kordum), Irwan di depan massa aksi. Pasalnya, Rektor Unram Lalu Husni, dianggap tidak menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di kampus dan tidak menerima 11 point tuntutan yang dibawa oleh mereka.
Berikut point-point tuntutannya:
1. Hapus SPI di Universitas Mataram
2. Menuntut Rektor UNRAM Mentranparansi Standarisasi Pengradetan UKT , Mengeluarkan Regulasi Banding UKT Secara menyeluruh dan terbuka.
3. Menuntut Rektor Unram Untuk Segera Mempertemukan Mahasiswa Dengan Pemda KLU, Direktur Vokasi KLU, Birokrasi Unram Untuk Menyelesaikan Permasalahan Vokasi KLU
4. Menuntut Rektor Unram Untuk Memperjelas Penanggung Jawab Pengelolaan Kampus 2 Unram Dan Transparansi SK Gubernur Terkait Lokasi Karantina Kampus 2 Unram
5. Tuntaskan Permasalahan Kuota Internet yang 3 Bulan lalu dan Menyelesaikan Secara Tuntas Pendistribusian Kuota Internet Melalui Aplikasi LinkAja
6. Mendesak Rektor Unram Untuk Memperbaiki Dan Melengkapi Fasilitias Penunjang Mahasiswa Seperti (Sekret Ormawa Parkiran Lampu Jalan,Laboratorium Dan Alat Penunjang Lainnya)
7. Membebaskan Biaya Perawatan Alat-Alat Laboratorium Bagi Mahasiswa.
8. Menuntut Rektor Unram Untuk Mengeluarkan Kebijakan yang Dapat Mengakomodir Prodi Sosiologi dan Budidaya Perairan Sesuai Dngna Permendikbud Nomor 25 Tahun2020
9. Mendesak Rektor Unram Untuk Segera Mewujudkan Pelaksanaan Wisuda Manual Dengan Memperhatikan Protokol Kesehatan Covid-19
10. Mendesak Rektor Unram Untuk Segera Mengembalikan UKT Mahasiswa Bagi Mahasiswa yang dapat UKT Kemendikbud.
11. Menuntut Rektor Unram untuk Mengevaluasi Kuliah Daring dan Mengeluarkan Surat Edaran Terkait Kejelasan Pelaksanaan Kuliah Manual.
Sebelumnya, perwakilan dari kampus vokasi Unram II Seganteng menyampaikan keluhan tentang dijadikannya kampus II sebagai tempat penampungan pasien yang terpapar Covid-19. “Kami merasa seperti dianak tirikan,” katanya.
Pada waktu yang sama, perwakilan kampus vokasi KLU juga mengatakan, kurangnya fasilitas yang disediakan oleh Unram. Mulai dari penunjang perkuliahan hingga tenaga pengajar.
Sementara itu, Lalu Husni mengatakan, SPI yang diberlakukan oleh Universitas Mataram tidak bisa dihapus, karena sudah memiliki landasan hukum.
“Tahun 2020 ini, Unram telah membebaskan sekitar 700 mahasiswa dari UKT,” katanya saat menemui massa aksi, Rabu (7/9).
Kemudian, lanjut Husni, terkait Vokasi KLU, menurutnya tidak ada masalah. Banyak kekurangan yang masih diusahakan oleh pihak Unram. “Tenaga pengajar juga kita masih pelan-pelan diusahakan,” ungkapnya.
Setelah itu, Irwan meminta agar Husni menandatangi tuntutan yang dibawa, namun Husni tidak mengindahkan. Rektor kembali menuju ruangannya.
Menurut pengamatan Media Unram selama di lokasi, setelah rektor kembali ke ruangannya, massa aksi istirahat melakukan sholat zuhur.
Kemudian, mereka kembali mendesak rektor agar menandatangi tuntutan. Menjelang pembubarannya, massa aksi sempat berselisih dengan pihak keamanan kampus. Akibatnya, salah satu massa aksi mengalami luka-luka dan beberapa fasilitas rusak. Anggota Media Unram dipaksa turun saat mengambil beberapa dokumentasi.
Irwan mengecam tindakan represif yang dilakukan oleh pihak keamanan. Selain itu, pria kelahiran Bima ini mengatakan, Garda Biru akan tetap melakukan aksi. “Dengan massa aksi yang lebih banyak,” ungkapnya.
Pukul 15.26 Wita, massa aksi membubarkan diri. Hingga berita ini terbit, belum ada kejelasan terkait tuntutan mahasiswa. (B/ADK)