29.8 C
Mataram
Monday, October 7, 2024
spot_img

HADIAH TERBESAR UNTUK BUMI

oleh : Roby Setiawan (Mahasiswa PMM )

Berbicara mengenai isu lingkungan tentu teman-teman sudah tak asing dengan istilah mengenai World Earth Day atau Hari Bumi Sedunia sederhananya adalah sebuah gerakan atau tindakan kecil untuk bumi, kondisi bumi yang semakin memburuk akibat pemanasan global ditambah lagi dengan rusaknya ekosistem akibat ulah manusia itu sendiri, seolah-olah manusia tak terikat dengan alam bumi ini.


Pada tanggal 22 April diperingati sebagai hari bumi, dimana kita selalu diingatkan serta disadarkan tentang perlindungan lingkungan dan mengakui krisis iklim global yang mengkwatirkan saat ini. Hari Bumi dikenal juga sebagai Hari Ibu Pertiwi Internasional, hari istimewa ini berfokus pada banyaknya masalah seputar bumi dan lingkungan. Beberapa masalah yang sering dibicarakan adalah perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, pencemaran lingkungan, penyusutan sumber daya alam, sampah pelastik, krisis air, serta urbanisasi yang tidak berkelanjutan.


Penting bagi kita untuk tidak apatis terhadap isu lingkungan ini agar kelak keindangan yang alam berikan yang sedang kita nikmati masih bisa dirasakan oleh generasi sesudah kita. Masalah-masalah yang bisa berdampak pada bumi inilah yang akhirnya melahirkan World Earth Day atau Hari Bumi Sedunia. Hari Bumi awalnya berangkat dari gerakan lingkungan modern yang terjadi pada 22 April 1970 di Amerika Serikat.


Disebutkan, pada 1960-an sampai 1970-an, Amerika Serikat mengalami gejolak ekonomi dan politik. Masyarakat AS mengisap gas bertimbal dalam jumlah besar karena pabrik-pabrik menghasilkan asap dan lumpur yang tak terkontrol. Timbal ini merupakan sebuah logam berat yang merupakan hasil dari pembakaran mesin kendaraan yang kurang sempurna, gas timbal ini kemudian menghasilkan zat yang dapat mencemari udara.

KONDISI BUMI SEKARANG


Kondisi bumi yang kian memprihatinkan dimana bumi sekarang sedang menghadapi tantangan yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan manusia. Perubahan iklim yang cepat, kehilangan keanekaragaman hayati, pencemaran lingkungan, dan urbanisasi yang cepat tentu saja ini menjadi isu yang mendominasi agenda global. Salah satu yang masih menjadi problem masyarakat kita adalah kurangnya kesadaran atas sampah plastik yang dihasilakan oleh manusia itu sendiri.


Pencemaran plastik semakin menjadi masalah global dengan meningkatnya produksi dan konsumsi plastik. Sampah plastik menumpuk di lingkungan terutama di lautan, mengancam keanekaragaman hayati laut dan berpotensi mencemari rantai makanan. Manusia sendiri terkadang tak tahu dengan sampah yang mereka buang, seolah-olah alam ini tak hidup, apa mereka tak takut ketika alam sudah muak dan akhirnya membalas dendam atas perbuatan yang meraka lakukan terhadap alam.


Sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai serta proses perngolahannya yang menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik (zat yang menyebabkan kanker) mengakibatkan penggunaan plastik menjadi sangat berbahaya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, yang dipublikasikan pada 2015 lalu. Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak kedua di dunia. Hal ini patut menjadi bahan introspeksi bagi masyarakat Indonesia agar lebih bijak dalam menghasilkan dan mengelola sampah.

Apa kita harus menyaksikan pohon terakhir ditebang,
air disungai mulai mengering, serta kepulan asap membubul meyelimuti langit
baru kita akan sadar kalo bumi kita dalam keadaan kritis.
Terkadang tindakan yang merugikan alam semata-mata semuanya hanya demi uang.
Ketika bumi sudah diujung tanduk baru kita tau uang tak berarti apa-apa.
Ketika bumi beserta alamnya mulai memuntahkan apa yang manusia berikan maka
manusia itu mulai saling menyalahkan
Yang satu sibuk mencaci yang satu sibuk memberikan pembenaran
tentang apa yang dia perbuat terhadap alam ini

Di kutip dari goodstats Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan bahwa produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64 juta ton. Berdasarkan data SIPN KLHK pada tahun 2022 komposisi sampah paling besar bersumber dari sampah rumah tangga sebesar (38.5%) yang berasal dari sisa-sisa makanan (41.91%).


Untuk itu Pada tanggal 22 April hari bumi ini kita selalu diingatkan dengan kondisi bumi kita, perubahan besar dilakukan dari hal-hal kecil misalnya gunakan lap kain basah untuk mengganti penggunaan tisu basah. Penggunaan tisu basah memang lebih praktis untuk membersihkan beberapa peralatan rumah tangga, tapi tanpa disadari ternyata tisu basah mengandung resin plastik yang sangat sulit larut dalam air.


Alangkah lebih bijaksana apabila penggunaan tisu basah diganti dengan lap basah saja., oleh karna itu mari bersma-sama kita beralih menggunakan bahan organik yang lebih mudah terurai. Maka dari itu pada tanggal 22 April 2024 mari Bersama-sama kita merawat bumi dengan melakukan gotong royong membersihkan sampah, menanam pohon, mengurangi penggunaan kendaraan dan sampah pelastik demi bumi dan untuk bumi

Media
Mediahttps://mediaunram.com
MEDIA merupakan unit kegiatan mahasiswa (UKM) Universitas Mataram yang bergerak di bidang jurnalistik dan penalaran.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

20,000FansLike
1,930FollowersFollow
35,000FollowersFollow

Latest Articles