Pada prinsip dasarnya pendidikan merupakan pengantar pembangunan manusia seutuhnya, dalam pandangan John Dewey “pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”. Kita mesti sepakat bahwa pendidikan diperlukan semua orang dan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Ini penting, sangat! Jika pendidikan adalah jembatan strategis memanusiakan manusia, maka suatu keharusan bagi kita untuk memahami esensi pendidikan.
Yunani mengartikan pendidikan sebagai “pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak, juga Romawi yang melihat mendidikan sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Tidak juga kita lupakan yang pada momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini kita Pribumi melihat pendidikan dalam pandangan bapak pendidikan Indonesia Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang akrab disapa Ki Hajar Dewantara, mengartikan pendidikan sebagai “upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat”
Pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia, tetapi dalam kenyataanya seringkali tidak demikian. Seringkali kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada. Model pendidikan yang hanya dioreantasikan kepada manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Pendidikan mencakup pembahasan yang begitu luas dan kompleks, maka pendidikan tidak dapat dipahami secara sederhana. Dalam lintasan sejarah yang panjang dengan berbagai performanya, pendidikan telah mewarnai jalanya kehidupan manusia. Indonesia khususnya, pendidikan menjadi hal yang menarik untuk dibahas baik eksistensinya maupun kontribusinya.
Kita tahu bahwa setiap tahun kampus-kampus di Indonesia menerima mahasiswa baru lebih khusus dalam fakultas pendidikan, setiap tahun pula mencetak sarjana pendidikan, magister, hingga profesor pendidikan. Hematnya negara ini bahkan tidak krisis pakar pendidikan. Tapi kenapa dewasa ini rasanya negara ini sedang krisis pakar pendidikan. Pertanyaan muncul, dikemanakan para lulusan sarjana, doktor, hingga profesor pendidikan di negeri ini? Ternyata tidak dikemanakan perannya. Jika ini berlanjut untuk tiga generasi, maka tinggal kita tahlilan bersama atas matinya pakar pendidikan.
Sadar untuk sekarang, kita sedang berada pada era digital di mana era ini informasi hanya dengan dua ibu jari. Akes informasi baik untuk ilmu pengetahuan, berita, dan bahkan tentang masa depan hanya bermodalkan handphone plus kuota. Dan itu hanya memerlukan waktu beberapa menit saja dengan menggunakan handphone kita. Orang nonton youtube tutorial memasak dengan waktu beberapa menit saja udah bisa menjadi chef dadakan. Semuanya hanya bermodalkan kuota orang bisa jadi apa yang dia nonton. Ini juga yang menjadi pertanyaanya, apakah dengan begitu mudanya akses ilmu pengetuhan pakar masih bisa hidup di era sekarang. Linearitas!
Dalam dunia pendidikan modern tidak asing kita mendengar linearitas, dimana pendidikan dijalankan menuju kearah spealisasi, dari yang umum ke khusus. Hakikat pendidikan seharusnya demikian, kita mesti tahu arah. Bagi saya kompasnya hanya linearitas!, biar kita tidak menjadi pridul praktis. Sebab, pendidikan adalah proses, dan proses itu butuh waktu dalam menyempurnakannya. Upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikan insan kamil.
Pendidikan juga menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin, karakter, pikiran dan tubuh manusia yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan antara ranah-ranah tersebut. Mari kita sama-sama memahami esensi pendidikan. Nadiem Makarim bisa jadi Mentri Pendidikan, padahal basicnya entrepreneurship, hehehe. Padahal banyak Prof yang basicnya emang di pendidikan. Mungkin ini tanda matinya pakar pendidikan atau abad kegelapan di mana abad ini ditandai dengan lahirnya manusia renaissance, Wallahu a’lam.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 02 Mei 2021