Catatan: Khan – Al Won
Rabu, 28 Oktober 2020, masyarakat Indonesia merayakan hari Sumpah Pemuda. Berbagai kegiatan dilakukan untuk menyambut salah satu hari istimewa tersebut, mulai dari mahasiswa hingga pemuda desa. Tidak terkecuali komunitas literasi.
Hari itu, beberapa anggota Media Unram berkesempatan mengunjungi Sanggar Balai Anak Desa (Bale Ade) di Dusun Medas, Desa Taman Sari, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) untuk menyaksikan pentas seni.
“Kegiatan ini sebagai salah satu cara kita menyambut hari sumpah pemuda, juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan emosial antar komunitas atau siapapun yang pernah berkunjung di sini,” kata Ketua Sanggar Bale Ade, Supardi dalam sambutannya.
Kegiatan dengan tema “Malam Perjumpaan Sahabat BaleAde” tersebut nampak meriah. Terlihat dari besarnya antusias para pengunjung. Ratusan orang datang dan memadati halaman Sanggar Bale Ade. Berbagai komunitas literasi yang ada di Lombok, seperti komunitas kebun buku, kurir buku, komunitas gerakan berbagi, lainnya ada di sana.
Tidak hanya itu, nampak juga anggota KPS, BEM Fakultas Hukum, Ekonomi Unram, pemuda Desa Medas, Kepala Dusun, Ketua Bumdes, dan lainnya menghadiri acara ini. Mereka seakan berkumpul karena rindu.
Pukul 20.08 WITA, acara dimulai. Para pengunjung disuguhi beberapa potong ubi rebus dan kacang-kacangan. Kemudian, mereka menikmati pembacaan puisi dan live music. Dekorasi panggung, serta keadaan sanggar yang indah juga menambah nikmatnya suasana malam itu.
Menariknya, para pengunjung diberikan kesempatan untuk menampilkan bakatnya. Orang yang biasa disapa Ade itu menjelaskan, panggung bukan sesuatu yang menyeramkan.
“Di sini tidak ada settingan. Ini panggung kita. Siapapun bisa tampil,” katanya.
Bagaimana Sejarah Sanggar Bale Ade dan Perjalannya?
Hal itu tentu menjadi tanda tanya besar. Bagaimana tidak? dengan lokasi yang bisa dibilang di daerah terpencil itu bisa menarik perhatian banyak masyarakat, khususnya komunitas literasi.
“Selama sekolah, saya melihat ada perbedaan pendidikan yang terjadi antara desa saya dengan perkotaan,” kata orang yang pernah menjabat sebagai Pemimpin Umum UKPKM Media Unram ini saat ditemui usai kegiatan pementasan.
Melihat kurangnya pendidikan di desa, menjadi latar belakang terbentuknya komunitas ini.
Menurutnya, penting bagi anak-anak untuk mengasah dan mengembangkan minat dan bakat, seperti bermain musik, melukis, dan lainnya. Akses yang didapatkan anak-anak desa berbeda dengan kota. Dengan begitu, ia mencoba menyiapkan wadah bagi anak-anak di Desa Medas atau siapapun yang ingin belajar.
Ia juga menjelaskan, awalnya, komunitas ini sempat dipandang sebelah mata oleh masyarakat. “Meski begitu, niat yang baik pasti memiliki jalan,” lanjutnya.
Pada tahun 2014-2017, komunitas ini memiliki nama Sanggar Kampung Kertas. “Sedangkan tahun 2009-2014 itu masih berbentuk gerakan personal,” ungkapnya.
Terkait banyaknya relasi, Bang Ade menjelaskan, itu berkat hubungan emosional baik yang dibangun selama ini. Tidak pernah memandang “bendera” komunitas setiap mencari relasi.
Lihat saja, lanjut Ade, dia tidak pernah mengundang secara resmi untuk kegiatan ini. Siapapun yang pernah berkunjung ke sini merupakan sahabat Bale Ade.
Nampaknya, hubungan emosional yang baik sudah dibangun dalam internal Bale Ade. Untuk pensi ini saja, mereka tidak membentuk panitia.
“Di sini, yang bekerja bukan karena diperintah. Saya juga tidak pernah memerintah. Kami bekerja secara kesukarelaan,” lanjut pria bertubuh mungil ini.
Diujung pembicaraanya, Ade berharap Sanggar Bale Ade memiliki lebih banyak relasi yang mampu diajak bekerja sama dalam bidang apapun.