“Jika seni bertujuan untuk memelihara akar dari budaya kita, masyarakat harus membiarkan seniman bebas mengikuti visi mereka masing-masing kemanapun hal itu membawa mereka” – Jhon F. Kennedy.
Sesela, Media Unram – Untuk melepas kejenuhan selama beberapa bulan sekaligus menyambut new normal, anggota UKPKM Media Unram Sesela, Media Unram mengunjungi salah satu tempat komunitas kesenian, Ampure Sesela, Sabtu (20/6).
Dalam kunjungannya kali ini, anggota Media Unram juga turut berpartisipasi dalam salah satu rangkaian kegiatan yang diadakan oleh komunitas yang berasal dari Desa Sesela, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat ini. Yaitu kegiatan kelas video grafis. Sebelumnya, beberapa kegiatan seperti, hiburan (bernyanyi), materi scat dan tentang cukil.
Menurut penjelasan salah satu pendiri komunitas ini, Ahmad ijtihad, Ampure Sesela merupakan sebuah komunitas yang memberikan wadah untuk berkspresi dan berkarya, khususnya para pemuda.
“Dalam komunitas ini kita bisa saling berbagi pengetahuan secara umum. Selain itu kami juga mengarsip sosio kulter yang ada di desa Sesela melalu berbagai media, baik tulis, audio visual,” beber orang yang biasa disapa Ijtihad ini kepada Media Unram, saat ditemui sedang duduk santai.
Ijtihad juga menerangkan, mereka memperkenalkan hasil karyanya melalui pameran seni, pentas musik, hingga peristiwa budaya Bubupek. Yakni riset yang dilakukan selama satu bulan, kemudian dipresentasikan dalam waktu satu hari. “Setiap hasil riset dipresentasikan dengan cara dan tema yang berbeda-beda,” katanya.
Lebih jauh ijtihad menerangkan, kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh komunitas Ampure ini memberikan kontribusi bagi masyarakat, khususnya masyarakat setempat. “Karena sebagaian besar aggota komunitas ini berasal dari sesela, maka setiap ada kegiatan komunitas pasti akan melibatkan pihak-pihak yang ada di desa,” ungkap ijtihad.
Selain itu, lanjutnya, melalui komunitas ini mereka bisa mengenalkan Sesela sebagai desa budaya. “Karena secara sejarah, Desa Sesela ini adalah desa yang berbudaya, hal tulah yang kita upayakan agar hidup kembali,” harapnya.
Asal usul diberikannya nama Ampure
Bagi sebagian masyarakat Lombok, ampure bukan sebuah kalimat yang asing untuk didengarkan. Jika melihat maknanya sendiri, ampure lebih mengaju pada ucapan permohonan maaf.
Menurut penjelasan ijtihad, kata Am Pure Sesela (dalam bahasa Lombok) yang berarti “Saya asli orang Sesela”. Ketika disebut ampure, artinya kita meminta maaf kepada Desa Sesela. Suatu daerah yang memiliki sejarah politis dan memiliki peran yang besar pada masa perjuangan. Tetapi jarang diketahui oleh masyarakat.
“Jadi, ketika menyebut nama komunitas ini, kita bisa mengartikan bahwa orang tersebut memberitahukan bahwa dia asli orang Sesela dan bisa juga dia meminta maaf kepada desa ini,” terang orang yang memiliki rambut gondrong tersebut.
Menariknya, Ampure Sesela ini tidak pernah menggunakan sistem kaderisasi dalam perekrutannya. “Selama orang tersebut mau beproses bersama, maka orang tersebut adalah bagian dari Ampure,” beber Ijtihad.
Ijtihad mengaku, komunitas ini selalu didukung oleh desa dalam segala kegiatan. Bahkan dalam setiap kegiatan kita biasanya menghadirkan tokoh-tokoh desa untuk memberikan semacam wejangan dan orasi kebudayaan.
Pria berkaca mata ini juga mengaku, setiap melakukan kegiatan, komunitas ampure tidak pernah disokong oleh dana dari pihak manapun. “Setiap dana berasal dari dana gotong royong para anggota,” pungkasnya.
Catatan penulis: Komunitas Ampure bisa menjadi tempat bagi para pemuda-pemudi, khususnya mahasiswa yang ingin mengetahui lebih jauh lagi terkait dengan budaya-budaya yang ada di Sesela, Lombok Barat.
Di sana, warga setempat ramah-ramah, suasanannya nyaman, tenteram. Karena berdekatan dengan pondok pesantren. Ramai, namun tidak macet. (Ays, Lnf, Khn)