Oleh: Abdul Hadi, Mahasiswa Teknik Pertanian (Fatepa) Unram
Organisasi mahasiswa adalah perkumpulan para intelektualis muda yang bergerak atas dasar moral sosial. Sudah banyak organisasi-organisasi formal yang terbentuk di tiap fakultas, universitas, bahkan eksternal universitas dengan berbagai latar belakang. Adanya organisasi tersebut merupakan kapal pergerakan mahasiswa. Selama adanya pergerakan mahasiswa yang terhimpun di setiap organisasi, selama itu tanggung jawab moral sosial mahasiswa ke masyarakat tersampaikan.
Dewasa ini, organisasi sudah beregenerasi menjadi raksasa yang mampu melegitimasi kekuasaan. Baik itu di ranah kampus maupun negeri ini. Mulai isu-isu kenaikan UKT mahasiswa, sarana-prasarana mahasiswa, persoalan bidang keilmuan mahasiswa, isu politik birokrasi, kelangkaan bahan pokok, dan lain sebagainya, itu urgensi yang memang menjadi tanggung jawab moral mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi mahasiswa. Dari hal itu ada sisi lain yang perlu didiskusikan.
Sebagai kaum intelektual, mahasiswa seharusnya menjadikan organisasi sebagai lembaga independen yang berpihak kepada permasalahan mahasiswa dan rakyat, bukan menjadi kaki tangan birokrasi. Bahkan dilema pergerakan saat ini disempitkan oleh kepentingan elit borjuasi partai politik. Organisasi-organisasi mahasiswa yang berdiri atas bendera mereka menjadikan media mereka sebagai ajang persaingan kepada organisasi yang lain. Hal tersebut tidak bisa kita pungkiri. Secara eksplisit, hal itu menjadikan seolah-olah organisasi adalah wadah amis dari egosentrisme pribadi. Pergerakan-pergerakan yang seharusnya berlandaskan semangat perjuangan dan integritas mahasiswa diambil oleh ego-ego individual yang dilatarbelakangi oleh golongan. Hari ini bisa sama-sama kita saksikan bahwa pergerakan mahasiswa pecah dan tidak terintegrasi. Semangat orasi yang seharusnya disampaikan atas keresahan moral dikesampingkan oleh eksistensi golongan.
Lantas saat ini kita masih menjadi lembaga independen atau lembaga kaki tangan birokrasi borjuasi? (*)