Oleh: Dermawan Alawi (Ketua Himpunan Mahasiswa Penelitian dan Pengkaji Kemasyarakatan)
“Gridwiz sendiri dikenal sebagai perusahaan asal Korea Selatan yang berfokus pada inovasi energi berkelanjutan, mobilitas ramah lingkungan, dan masa depan hijau. Dengan teknologi yang mereka kembangkan, Gridwiz berkontribusi dalam menciptakan ekosistem transportasi yang lebih bersih dan efisien.”
Itu merupakan sebuah penjabaran dan narasi yang dibuat oleh Universitas Mataram pada laman berita Kamis tanggal 27 Februari 2025. Berbicara terkait dengan inovasi yang berfokus pada energi berkelanjutan, mobilitas ramah lingkungan, dan masa depan hijau merupakan cita-cita yang mulia dan bahkan mungkin yang akan selalu kita inginkan di tengah kondisi sekarang.
Namun apakah hal tersebut terjawab pada kondisi sepeda listrik yang diluncurkan oleh PT. Gridwiz Energy & Mobility dengan penerapannya pada institusi pendidikan Universitas Mataram? Hal ini tidak pernah dipertanyakan dan ditelisik jauh oleh setiap orang yang hari ini melebel dirinya sebagai agen perubahan. Sebelum kita membahas terlalu jauh, kita pernah bertanya ndak sih apa itu energi berkelanjutan, mobilitas ramah lingkungan, dan masa depan hijau?
Dari beberapa sumber yang saya baca, energi berkelanjutan, mobilitas ramah lingkungan, dan masa depan hijau adalah sebuah cita-cita masa depan yang berfokus untuk mewujudkan kehidupan ke depannya dengan menekankan penggunaan sumber daya terbarukan untuk mengurangi dampak pada lingkungan, mendorong sistem transportasi yang efisien, dengan terwujudnya masa depan hijau dan selaras dengan menjaga keseimbangan kemajuan manusia dan kelestarian bumi.
“Ini merupakan kerja sama yang luar biasa. Ini bagian dari peran Unram bagaimana mengurangi emisi gas rumah kaca. Kalau kita berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca terutama karbondioksida, tentunya kita bisa menyelamatkan bumi ini dari dampak pemanasan global,” ujar dari rektor.
Berbicara cita-cita mulia dari hal tersebut, lantas apakah pernah kita bertanya-tanya kalau memang dalam cita-cita mulia untuk menjaga stabilitas lingkungan dan kemaslahatan masa depan hijau, lantas mengapa tawaran pada hal ini tidak dipertimbangkan dengan penggunaan baterai pada sepeda listrik? Kalau memang tawarannya adalah untuk menjaga emisi karbon dan lingkungan, kenapa tidak sepeda yang berinovasi mampu menampung atau membuat energi supaya bisa didistribusikan atau dimanfaatkan lagi, atau penggunaan sepeda biasa?
Penggunaan baterai pada sepeda listrik yang hari ini orang tidak pernah bertanya dari mana asalnya dan apa dampaknya, itu tidak pernah dipertanyakan. Baterai yang digunakan bersumber dari lithium, kobalt, dan lain-lain sebagai komponennya. Dampak dari penggunaan atau over produksi dari penambangan bahan bakunya seperti lithium, kobalt, dan nikel menyebabkan kerusakan ekosistem, deforestasi, pencemaran air, dan konflik sosial dalam penambangannya.
Contohnya pada ekstraksi lithium di Gurun Atacama, Chili, menguras air tanah hingga 65% lebih cepat dari laju pengisian alami (UNEP, 2022). Apakah dampaknya sampai di sana saja? Oh tentu tidak! Limbah baterai dan daur ulang baterai bekas mengandung logam berat dan elektrolit berbahaya yang dapat mencemari tanah dan air, dan yang buruknya pada jangka panjang adalah masalah limbah elektronik dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebih menyebabkan kerusakan alam. Jadi di mana letak cita-cita masa depan hijau, dan menjaga keseimbangan kemajuan manusia dan kelestarian bumi?
Okelah, kita sepakat sepeda listrik memberikan dampak positif dengan mengurangi polusi dan emisi karbon, namun di sisi lain menghadirkan ancaman besar pada lingkungan dengan penambangan logam dan limbah baterai, belum lagi kita berbicara pada penggunaan listrik dan lain-lain.
Lantas bagaimana dengan kondisi dari sepeda listrik hari ini yang menjadi tanda tanya, kok bisa tiba-tiba digratiskan dengan akses penggunaannya? Bukan hanya itu, kita juga harus bertanya di awal: lantas kenapa sepeda listrik ini disewakan di awal dengan perhitungan durasi waktu dan melalui aplikasi? Apakah benar cita-cita dalam menjaga stabilitas lingkungan dan kemaslahatan masa depan hijau atau cuma cita-cita bullshit yang dikemas untuk laba dan profit pada produksi PT. Gridwiz Energy & Mobility?
Seharusnya kita mempertanyakan itu jauh-jauh hari ketika melihat sektor pendidikan dijadikan sebagai ladang komersialisasi pendidikan. Bagiku hal yang lucu ketika perjalanan lembaga pendidikan lebih menitikberatkan pada aspek bisnis, profit, dan kapital.
Pada awal mula kondisi berbayar pada penyewaan sepeda listrik dengan kondisi jumlah sepeda yang terbatas kemudian beralih menjadi digratiskan pada kondisi banyaknya pasokan sepeda listrik yang datang dari PT. Gridwiz Energy & Mobility, apakah hal tersebut dijadikan sebagai solusi dari over produksi dari sepeda listrik atau dijadikan sebagai media promosi yang ditawarkan oleh pihak terkait? Bahkan tanpa disadari, semakin banyaknya penggunaan sepeda listrik semakin banyak juga penggunaan baterai dan semakin menggila lagi penambangan yang berorientasi merusak alam bukan menjaga alam.
Mengutip dari sebuah buku:
“Argumen yang menyatakan bahwa pertumbuhan akan mengurangi kesenjangan adalah suatu penipuan intelektual yang sama sekali tidak berdasar.”


