32.5 C
Mataram
Friday, September 20, 2024
spot_img

Gerakan Menghidupkan Seni

MEDIA – Berdiri sejak Juni 2009, Komunitas Akar Pohon telah banyak dikenal oleh masyarakat, khususnya seniman dan sastrawan di NTB, karena memang komunitas Akar Pohon adalah komunitas yang berlatar belakang kesenian.

Kiki Sulistyo yang akrab dipanggil Kiki mendirikan Komunitas Akar Pohon bersama dua temannya, Jabo dan Antok. Jabo, seniman dari Bandung yang menggeluti bidang teater dan Antok lebih mendalami hal–hal non-fiksi dan media. Sedangkan Kiki sendiri lebih kepada seni sastra.

Nama komunitas ini terinspirasi dari pemikiran ‘akar’ yang menjadi inti dan awal dari tumbuh berkembangnya sebuah pohon. “Akar pohon menjadi awal sekaligus inti dari sebuah pohon. Oleh sebab itu kami beri nama komunitas Akar Pohon,” tutur Kiki.

Kiki mengaku sempat terjadi perdebatan panjang dengan teman–teman lainnya saat akan memilih nama untuk komunitas ini. Menimbang kira–kira nama apa yang cocok, hingga akhirnya terpilih nama tersebut.

Dari awal berdiri sampai sekarang komunitas yang memiliki visi menghidupkan kembali kesenian di Lombok ini sering melakukan show lawatan ke kampus–kampus dan berbagai daerah di Pulau Lombok. Mereka menampilkan seni teater, sastra puisi, lukisan, akustik, dan pagelaran seni lainnya. Tak jarang juga mereka menjadi fasilitator di Mataram untuk komunitas luar daerah yang akan melakukan pentas keliling.

Ada banyak cerita dan pengalaman dari setiap road show yang mereka lakukan ke daerah–daerah, seperti saat melawat ke KLU (Kabupaten Lombok Utara) Nopember 2009 lalu. Kebetulan saat itu Pemilukada sedang berlangsung dan telah memasuki masa kampanye di KLU. Salah satu pasangan calon bupati dan wakilnya kemudian memanfaatkan road show mereka menjadi alat kampanye.

Ia mengatakan, “Pelajaran yang dapat dipetik, jangan pernah sekali–sekali melakukan pementasan atau acara yang mengundang banyak orang, jika tidak mau dijadikan alat kampanye oleh orang politik.”
Selain banyak melakukan show di kota Mataram dan banyak daerah, komunitas ini juga rutin menerbitkan buletin yang terbit dua bulan sekali yang diberi nama “Replika”.

Komunitas yang telah berusia tiga tahun ini juga pernah menginisiasi terbentuknya Komunitas Pasir Putih di KLU.

Awalnya, waktu itu Komunitas Akar Pohon kedatangan tamu dari Menteng, Jakarta yang bernama Komunitas Humasa. Dua komunitas tersebut kemudian melakukan lawatan ke KLU. Mereka menyelenggarakan acara jurnalisme masyarakat. Melihat ba-nyaknya pemuda KLU yang berminat di bidang seni, akhirnya Komunitas Akar Pohon berinisiatif membentuk komunitas baru di KLU yang diberi nama Komunitas Pasir Putih.

Dengan munculnya banyak komunitas baru, komunitas Akar pohon mengharapkan regenerasi seniman di NTB, khususnya di Lombok, tidak terputus.

Lebih jauh mengenai Komunitas Akar Pohon, komunitas ini bukanlah komunitas yang terstruktur, tetapi lebih merupakan sebuah gerakan. Gerakan menghidupkan seni di NTB. Karena tidak terstruktur, artinya tidak ada ketua dalam komunitas ini se-hingga semua anggota berposisi sama.

Selain banyak berhubu-ngan dengan komunitas lain yang ada di pulau Lombok, Komunitas Akar Pohon juga banyak memiliki relasi komunitas di luar pulau Lombok, meskipun jarang bertemu antar sesama komunitas karena kesibukan masing–masing. Mereka banyak bertukar karya dengan saling mengirimkan karya lewat surat elektronik atau e-mail. Ini dilakukan agar si-laturrahim dan hubungan antar komunitas tidak terputus. (lil, ild)

*Diterbitkan dalam Koran Kampus Mahasiswa MEDIA Universitas Mataram Edisi 63 Apri-Mei 2012

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

20,000FansLike
1,930FollowersFollow
35,000FollowersFollow

Latest Articles