Catatan Khan
Kota Mataram memang memiliki beberapa tempat untuk bersantai. Meski terdapat banyak Coffee Shop dan lainnya, tongkrongan pinggir jalan juga tidak kalah menarik untuk bersantai, khususnya untuk bermalam Mingguan.
Mulai dari Taman Budaya, Udayana, Pantai Ampenan, tidak terkecuali Jalan Lingkar Selatan, tepatnya di bibir jalan sebelah selatan Monumen Metro. Meski bukan tempat yang baru, namun lokasi tersebut masih menjadi salah satu tempat incaran masyarakat untuk menikmati waktu luang.
Malam itu sejuk. Mendung, namun tidak ada setetes hujan pun yang turun. Lokasi yang berdekatan dengan persawahan ini terasa semakin adem. Angin sepoi-sepoi dan beberapa pohon di pinggir jalan, menambah nikmatnya suasana duduk menghabiskan waktu santai bersama rekan, keluarga atau pasangan.
Di sana kita bisa menikmati berbagai makanan dan minuman. Mulai dari kopi, es, hingga berbagai aneka ragam cemilan. Tidak hanya itu, kita juga bisa menyantap jagung dan kacang rebus.
Harga yang ditawarkan murah meriah, sesuai dengan isi dompet. Menjadi tempat yang cocok bagi mahasiswa usai penat melakukan perkuliahan dan mengerjakan tugas.
Salah satu pengunjung, Elsa Ermasari menjelaskan, lokasi yang masyhur dengan sebutan jalan lingkar itu merupakan salah satu tempat yang asyik.
“Suasananya enak. Walau di pinggir jalan, tapi asyik buat ngopi bareng teman,” katanya kepada mediaunram.com, Sabtu (25/09/2021) malam.
Wanita yang akrab disapa El ini mengaku pertama kali menongkrong di jalan lingkar. “Karena jarang keluar, sibuk dengan kuliah organisasi, jadi tidak tahu tempat ini. Kalau tahu asyik begini, bisa jadi tempat andalan buat ngopi,” beber salah satu mahasiswi Unram tersebut.
Meski begitu, kita tidak bisa cukup lama bisa berdiam di sana. Pasalnya, aturan jam yang membatasi para pedagang kali lima (PKL) untuk berjualan masih berlaku.
“Sekarang cuman sampai jam 10 malam,” kata salah satu pedagang, Ayuni, saat berbincang dengan mediaunram.com.
Ayuni mengaku, meski dalam keadaan pandemi Covid-19, jalan lingkar tetap memiliki pengunjung, meski tidak sebanyak sebelum virus melanda.
“Sebelum Covid-19, mulai sore hari para pengunjung sudah banyak yang datang. Tapi sekarang, setelah solat magrib baru datang,” beber wanita asal Dusun Pauq Dodol, Desa Bajur, Kecamatan Labuapi tersebut.
Ayuni juga menjelaskan, selama pandemi Covid-19 pendapatannya menurun. Sebelumnya bisa meraih ratusan ribu per hari, kini hanya mampu mendapatkan puluhan ribu saja. Hal itu terjadi karena waktu membuka lapak tidak seperti biasanya.
“Dulu saya buka dari pagi sampai malam. Sekarang dari magrib sampai jam 10.00 Wita saja,” ungkapnya.
Kendati demikian, Ayumi tetap bersyukur karena masih ada masyarakat yang bersantai, menghabiskan waktu luang di sekitar lapaknya.
“Alhamdulillah masih ada yang mau duduk, jalan-jalan di sini. Setidaknya pemasukan buat kasih makan anak masih ada,” pungkas wanita yang memiliki dua anak itu.