Ingin ku menyapa,
Tapi, ku takut aroma rokok di mulut ini mengganggunya.
Perlahan ku menjauh, menjaga jarak
namun tetap bisa memandanginya.
Sekitar lima meter dari parkiran,
ku melihatnya tersenyum.
Entah untuk ku
atau pria lain di tenda biru itu.
Rokok ditangan belum habis,
Dengan teman ukhtinya, dengan motor metiknya
gadis itu pergi meninggalkan ku, tanpa sepatah kata pun.
Hingga puisi ini tercipta,
aku hanya tau namanya saja.
Tidak tau bagaimana orangnya, atau siapa kekasihnya.
Asap rokok kembali ku nikmati
dalam hati menantang diri sendiri;
Jangan panggil aku Khan,
Jika kau tak dapat kumiliki.
Mataram, (2020)