Oleh: Dea Aswani (Anggota MEDIA UNRAM)
Serat-serat akar yang kian membumi
Meniup rimbun di atas awang-awang
Bersenandung ia di atas rumput-rumput liar
Yang di atasnya menancap kijing-kijing yang bersisihan
Senandung-senandung lirihnya kian mengambang
Berlatar awan hitam yang acapkali suram
Di atas tanah-tanah basah merah kecoklatan
Bekas galian yang baru saja tertutup
Gagah tak terbantahkan
Urat-urat yang menonjol kian matang
Pula serat-serat yang melintang
Coklat muda yang samar-samar kian menghitam
Merah darah berbiji tak sedap
Berselimut kulit tebal menyala
Melengkung tak sempurna seperti bumbung
Kala daun-daun rontok tanpa himbauan
Tak ada yang mengatakan betapa kepuh kesepian
Tak ada yang melihat bagaimana kepuh bertemu dengan tulang-tulang yang kian hilang
Pula tangis yang kian menjerit kala napas menghilang
Kesedihan yang menemaninya dalam keterdiaman