29.5 C
Mataram
Friday, October 4, 2024
spot_img

Melirik Eksistensi Cidomo di Kota Tua Ampenan

Laporan, Kelompok Satu

Dewasa ini kemajuan zaman tak bisa dihindari, mulai dari teknologi hingga transportasi. Berbagai macam jenis transportasi muncul dan berkembang. Meski begitu, cikar dokar motor (cidomo) tidak kehilangan eksistensinya dikalangan masyarakat Kota Tua Ampenan, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

Siang itu panas. Jalan padat, ratusan kendaraan nampak memenuhi Kota Tua Ampenan. Meski begitu tidak mengahalangi sejumlah anggota mediaunram.com mengunjungi salah satu tempat destinasi wisata di NTB. Berjalan dari Unram, kita menghabiskan waktu sekitar 10 hingga 15 menit menggunakan sepeda motor.

Pertama memasuki wilayah Kota Tua Ampenan, kami menyaksikan cidomo berjalan ditengah-tengah kendaaran, lalu lalang membawa penumpang. Cidomo nampak keren berjalan diantara sepeda motor dan mobil mewah.

“Tarif upah yang relatif terjangkau membuat kami tetap menggunakan jasa cidomo,” ungkap salah satu penumpang, Wahyuni saat ditemui anggota mediaunram.com, Minggu (25/9).

Wahyuni mengatakan, dibanding transportasi lainnya seperti bemo atau ojek, dirinya lebih memilih menggunakan jasa cidomo.

“Apalagi sekarang BBM naik, kalau pake cidomo lebih murah ongkosnya karena tidak menggunakan BBM,” lanjutnya usai menjual gula merah tersebut.

Selain murah, lanjut Wahyuni, cidomo juga dinilai lebih ramah lingkungan dan nyaman dibandingkan transportasi lainnya. “Udara yang masuk lebih nyaman menggunakan cidomo,” katanya.

Menurut pantauan anggota di lapangan, sebagian besar penumpang cidomo di Kota Tua Ampenan merupakan ibu-ibu yang beraktivitas (pergi-pulang) dari pasar.

Setiap transportasi memliki kelebihan maupun kekurangan. Pun dengan cidomo. Meski memiliki keunggulan dari segi kenyaman dan tarif murah, cidomo juga masalahnya sendiri, seperti kebersihan. Kotoran kuda berserakan mengotori jalan, dan hal itu mengganggu pengguna jalan lainnya.

Mengatasi hal itu, Dinas Perhubungan Kota Mataram melakukan pembinaan kepada kusir cidomo. Selain itu, kusir cidomo juga diberikan beberapa bantuan, seperti sapu, sekop, dan ember.

“Agar kami tidak lagi membiarkan kotoran kuda penarik cidomo mengotori jalan raya,” salah salah satu kusir cidomo asal Gunung Sari, Sapri.

Pose anggota media unram bersama salah satu kusir cidomo. (MD/klp1)

Sapri mengatakan, selain diberikan bantuan, kusir cidomo juga diberikan surat izin Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LAJR).

Ditengah kemajuan dan banyaknya transportasi, berapa penghasilan kusir cidomo?

Menjawab pertanyaan itu, Sapri mengatakan dirinya mampu menggarap penghasilan puluhan hingga ratusan ribu setiap hari. Tergantung kondisi dan keramaianya.

“Kalau ramai sekitar Rp. 70.000. Tapi kalau Rp. 200.000 per hari,” ungkapnya.

Meski penghasilannya tidak stabil, Sapri mengaku cukup dengan pendapatnya dan mampu memenuhi kebutuhan ekonominya sehari-hari.

Cidomo Sebagai Identitas Kota Mataram

Selain sebagai alat transportasi, cidomo merupakan bagian dari identitas Kota Mataram. Kota dengan semboyan “Maju dan Religius” mesti merawat dan melestarikan keberadaan cidomo. Cidomo tak boleh dibiarkan punah dimakan waktu atau zaman.

“Jika cidomo hilang, identitas Kota Mataram akan hilang,” kata Sapri.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

20,000FansLike
1,930FollowersFollow
35,000FollowersFollow

Latest Articles