Media Unram – Kematian mahasiswa Fakuktas Teknik Universitas Mataram (Unram), Ivan Fauzi Ridwan yang dinyatakan positif Covid-19 oleh Rumah Sakit (RS) Universitas Mataram (Unram), nampaknya menjadi catatan buruk bagi keluarga.
“Para pegawainya ramah. Tapi mereka memiliki koordinasi yang buruk,” kata saudari Ivan, Mita Damayanti kepada Media Unram melalui WhatsApp, Sabtu (19/9).
Mita menjelaskan, manajemen RS Unram tidak memiliki koordinasi yang baik. Tidak bisa mengendalikan divisi-divisi yang ada dengan baik. Tidak bisa mendeteksi permasalahan teknis dengan baik. “Percuma ada manajemen di sana,” tegasnya.
Kemudian, lanjut Mita, pihak keluarga masih ragu dengan hasil rekaman cctv yang diberikan pihak RS. Pasalnya, mereka tidak diperlihatkan saat petugas melakukan tes swab kepada Ivan.
“Video itu banyak yang dipotong. Kami tidak melihat saat Ivan dilakukan tes swab. Bener nggak, Ivan udah swab lagi,” ucap perempuan alumni FKIP Unram ini.
Dia mengatakan, pihak keluarga juga merasa aneh dengan alasan RS Unram. Cctv merekam saat adanya pergerakan dari manusia, dan tidak cukup memori penyimpanan, sehingga banyak remakan video yang dipotong.
“Kalau memang alasannya video itu banyak dipotong karena si Ivan nggak bergerak, kenapa waktu sakratul mautnya, Ivan nggak dikasi lihat. Padahal bergerak. Kan aneh,” beber wanita yang sudah delapan tahun tinggal di Lombok ini.
Lebih jauh dia menjelaskan, mereka mengkhawatirkan, Ivan terpapar Covid-19 saat berada di RS Unram. Karena hasil pertama negafif dan kedua positif.
“Saya ada pemikiran gitu, karena temen saya juga punya cerita yang sama. Awalnya reaktif, tapi setelah di RS justru positif,” katanya.
Mita juga berpesan kepada seluruh mahasiswa Unram, khususnya mahasiswa teknik, agar tidak terlalu mengkhawatirkan dan memikirkan keadaan ini. Karena menurutnya, Ivan belum tentu benar terpapar Covid-19.
Sementara itu, Wakil Direktur RS Unram, dr. Adanto Wiweko menjelaskan, video rekaman cctv yang dipotong, guna menghemat penyimpanan.
“Sistem cctv yang ada itu merekam ketika ada manusia yang bergerak. Sehingga, banyak video yang kami potong. Karena kami juga memiliki pasien lain. Dan, Penyimpanan RS Unram bisa penuh,” bebernya.
Kemudian, lanjut Adnanto, pihak RS melakukan swab tes sebanyak dua kali berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) terbaru, yang keluar Juli lalu. Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, swabnya dilakukan sebanyak dua kali. Baik di hari pertama atau ketiga, tergantung kondisi pasien.
“Kami melakukannya di hari pertama dan ketiga, tanggal 11 sama tanggal 13 atau 14, saya agak lupa. Intinya dua kali, karena beda protokol dengan yang di rumah. Kalo yang di rawat di rumah swabnya untuk mengetahui dia sudah sembuh atau belum bisa satu kali, dua kali, atau tiga kali. Ketika sudah negatif, sudah selesai,” pungkasnya. (khn)