Oleh: Michael A. Waroy
Sepasang mata mana yang tak suka melihat senyummu?
Hati siapa yang tidak mencintai senyumannmu?
Senyumannmu begitu indah.
Senyumannmu membuat kami belomba-lomba.
Kami berlomba untuk mendapatkan senyumannmu.
Kami berlomba agar lekuk bibirmu terus keatas.
Ya, kami berusaha menyingkirkan satu sama lain untuk itu.
Tapi mereka semua bodoh!
Hingga aku yang jadi juaranya.
Sebab cuma diriku yang dapatkan tangismu.
Mereka tak berpikir bahwa manusia sesungguhnya perlu tangisan untuk senyuman yang lebih indah.
Akulah juaranya;
Aku mendapatkan tangisan terdalammu.
Juga senyuman terindahmu.
Mataram, 2020