Selamat kepada BEM Unram yang telah terpilih menjadi Koordinator Pusat BEM SI Rakyat Bangkit. Kebanggaan masih terus membara dalam hati para Pimpinan BEM Unram. BEM Unram merasa diri disegani di tingkat nasional, namun lupa akan sisi lain dari kampus sendiri.
Dibalik gemerlapnya pergerakan mereka di tingkat Nasional bersama BEM SI Rakyat Bangkit, BEM Unram justru redup dalam gerakan di Kampus sendiri. Ketimbang memilih bergerak membela mahasiswa yang memilih mereka di kampus sendiri, Pimpinan BEM Unram justru lebih memilih bergerak di luar dengan rasa bangga menjadi Koordinator pusat BEM SI Rakyat Bangkit. Hal yang tentunya dibangga-banggakan tersebut tentunya memiliki sisi lain yang diabaikan oleh para Pimpinan BEM Unram 2024 sendiri.
Mereka yang merasa diri disegani karena mendapat posisi Korpus BEM SI Rakyat Bangkit, ternyata memiliki persoalan yang tidak kalah gemerlapnya dari rasa bangga mereka. Dari masalah internal kepengurusan hingga buruknya pola gerakan di kampus menjadi sisi lain BEM Unram 2024 yang merasa disegani tersebut.
Mahasiswa Kelas Peyek berwatak Heroik
Jika anda adalah pecinta film superhero pasti anda sudah tak asing dengan lagaknya. Datang ketika dibutuhkan, menghilang menyisakan kekacauan. Mungkin seperti itulah gambaran secara umum lagak dari pimpinan BEM Unram periode 2024, mereka hadir ke permukaan ketika masalah timbul, lalu tenggelam menyisakan puing-puing kekacauan.
Mengapa tidak, semisal dalam menangani permasalahan UKT, BEM Unram muncul ke permukaan menawarkan audiensi berkali-kali. Padahal jika diartikan secara sederhana, esensi audiensi adalah untuk menyatukan pikiran supaya permasalahan yang terjadi menjadi jelas solusinya. Entah standar pemaknaannya berbeda atau tidak, yang pasti audiensi yang dilaksanakan tidak membuahkan hasil apapun, dan mereka sudah mengetahui hal tersebut sedari awal.
Usut punya usut, ternyata gerakan mahasiswa Unram sengaja dibatasi oleh beberapa oknum Pengurus BEM Unram yang sudah masuk angin menerima amplop dari birokrasi.
Tak lama pasca kejadian tersebut, BEM Unram memang sempat mengadakan aksi bersama beberapa lembaga mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Menolak UKT, aksi tersebut pecah pada tanggal 15 Mei 2024. Namun kondisinya sama dengan audiensi yang dilakukan, bahkan dalam aksi tersebut Rektor Unram enggan menemui massa aksi. Aksi tersebut juga terbilang tidak memiliki hasil, pasalnya para Wakil Rektor yang menemui massa aksi hanya memberikan janji-janji manis mengenai transparansi data penggolongan UKT Mahasiswa.
Satu bulan berlalu selepas aksi, data tersebut masih belum transparan dan sampai di tangan mahasiswa. BEM Unram selaku motor penggerak mestinya melakukan follow up terhadap data tersebut, namun mereka sudah merasa puas diri dikarenakan UKT ditunda naik. Ditambah dengan peran Ketua BEM Unram, Herianto yang menjadi Koordinator Pusat BEM SI Rakyat Bangkit yang sudah melakukan audiensi dengan komisi X DPR RI, membuat beberapa pengurus BEM Unram angkuh dan menokohkan diri. Watak demikian yang ditunjukkan BEM Unram adalah watak heroik, mereka muncul ketika masalah berseliweran, lalu hilang meninggalkan kekacauan.
Terlalu banyak masalah yang ditinggalkan BEM Unram sehingga tak bisa disebutkan satu-satu. Bahkan hingga sekarang, tidak ada pengurus BEM Unram yang mau duduk bersama dengan Ormawa yang padahal sekretariatnya satu gedung di PKM Unram. Lebih parah lagi Ketua dan Sekjen BEM Unram yang tak pernah menunjukkan batang hidungnya, sesekali muncul seolah tidak ada beban dan masalah mengenai keluhan mahasiswa Unram.
Daripada duduk bersama ormawa, para pimpinan BEM Unram lebih memilih mengasingkan diri entah dimana. Maka tak heran, watak seperti ini adalah watak oknum yang terlalu menganggap dirinya tokoh yang enggan duduk atau berdialog dengan mahasiswa lainnya.
Bahkan di awal kepengurusan, Ketua BEM Unram justru ribut masalah bagi-bagi kursi di internal kepengurusan.
“Pasangan Ketua dan Sekjen adalah pasangan yang diusung oleh 2 koalisi sehingga pembagian struktur di BEM 2024 ini sistem bagi kursi. Inilah yg menyebabkan BEM sekarang jarang kelihatan Karena dalam tahapan penyelsaian struktur pengurus,” Beber Herianto dua bulan selepas terpilih. dilansir dari mediaunram.com
Watak yang ditunjukkan disini sudah terlalu birokratis. Bahkan mereka hanya mau bergerak ketika sudah dilantik dan ada SK.
“Kami tunggu SK resmi keluar dulu biar legalitas kami ada untuk bergerak sebagai BEM di Unram,” sambung Herianto.
Penulis baru tahu bahwa mahasiswa untuk sekedar berpikir dan bergerak terlegitimasi oleh SK.
Dengan watak heroik seperti itu, maka penulis menyimpulkan bahwa, Pimpinan BEM Unram sama seperti peyek. Peyek jika disebut gorengan bukan dari tukang gorengan, disebut kue kering tapi digoreng. Pimpinan BEM Unram jika disebut mahasiswa tapi lagaknya kayak birokrat, disebut birokrat tapi mahasiswa.
Nihil Metodologi
Jika BEM Unram disebut tidak pernah bergerak saya mungkin kurang setuju, mereka bergerak namun secara metode nihil. Ini memang bukan masalah yang pertama kali dalam kepengurusan BEM, sudah lama masalah ini menjamur, namun bisa dibilang BEM Unram periode 2024 yang paling buruk.
Jika kita melihat lebih jauh beberapa gerakan yang dilakukan oleh BEM Unram, mungkin tidak nampak kelemahan, sebab mereka memang tidak pernah mengevaluasi gerakan. Sebut saja perkara kajian, hingga sekarang gerakan bukannya dilandasi dengan kajian yang jelas justru malah dijadikan ajang unjuk gigi.
Sering kali dalam gerakan, mahasiswa pada umumnya acuh tak acuh bahkan tak mau terlibat, barangkali permasalahannya ada dua, karena tidak pernah dibiasakan bergerak dan tidak tahu menahu apa permasalahan yang disuarakan. Kedua masalah tersebut bisa dibilang bertahap, sebab mahasiswa tidak biasa bergerak barangkali karena tidak pernah tahu ada masalah. Ketidaktahuannya terletak pada metodologi penggerak, dalam hal ini BEM Unram.
Kita sebut BEM Unram penggerak sebab merekalah yang secara sah dipilih secara demokratis oleh mahasiswa yang kemudian diberikan beban harapan di pundaknya. Ketika masalah muncul, bukannya mengkaji lebih dalam lalu menyebarkannya dalam bentuk kajian, BEM Unram malah lebih memilih untuk membuat meme atau pamflet aksi, tanpa menjabarkan masalah apa sebetulnya yang dituntut secara komprehensif.
Bukti mereka nihil metodologi juga terlihat jelas pada pola gerakan yang selalu momentuman, sudah momentuman persiapannya juga tidak maksimal. Parahnya juga pola gerakan yang dilaksanakan terlalu monoton sehingga disebut nihil metodologis, biasanya diawali audiensi, kalau tidak dapat amplop biasanya lanjut aksi, selepas aksi apa? Syukur tuntutan diterima, jika tidak harus apa?
Bahkan penulis berkeyakinan bahwa masalah yang selama ini dituntut mungkin tidak pernah dipahami secara komprehensif oleh Pimpinan BEM Unram 2024.
Barangkali permasalahan tersebut mungkin tidak pernah direfleksikan kembali sebab nihilnya metodologi, nihilnya metodologi lahir karena tidak adanya evaluasi. Evaluasi mungkin pernah dilakukan namun tidak maksimal sebabnya lagi-lagi terletak pada nihilnya metodologi. Nihilnya metodologi barangkali disebabkan oleh para pimpinan BEM Unram periode 2024 menutup diri untuk paham, paham akan kondisi kampus dan metode gerakan. Mereka menutup diri untuk paham barangkali disebabkan oleh watak heroiknya, terlalu menokohkan diri sehingga enggan untuk berdialog dengan mahasiswa maupun lembaga mahasiswa lainnya, yang pada akhirnya menimbulkan kebuntuan pengetahuan. Yang pada ujungnya pasrah pada penindasan dan memaksa orang lain untuk memahami kondisi mereka.
“Ya begitulah birokrasi kita” ungkap Herianto, Ketua BEM Unram 2024 ketika dimintai pendapat mengenai telatnya pelantikan Ormawa beberapa waktu lalu. Dilansir dari mediaunram.com Ungkapan yang keluar dari mulut seorang Ketua BEM tersebut bisa dibilang sungguh tidak berbobot, bentuknya pasrah.
Hingga kini, kita terutama penulis masih berangan-angan tentang suatu gerakan yang sangat besar. Dimana semua komponen dari organisasi mahasiswa maupun mahasiswa yang bukan organisatoris melakukan perlawanan dengan cara masing-masing. Yang bergerak di bidang kesenian, melawanlah dengan kesenian. Yang bergerak di bidang event, bentuklah event untuk melawan. Yang bergerak di bidang pengabdian, mengabdilah untuk melawan. Yang bergerak di bidang kepenulisan, menulislah untuk melawan. Yang bergerak dibidang lomba, berlombalah dengan tema melawan. Yang bergerak dibidang debating, berdebatlah dengan mosi melawan, semisal mosi “pendidikan gratis” “Kampus rumah bagi pelaku kekerasan seksual”
Semua hal tersebut akan mungkin jika terkonsolidasi dengan baik secara metodologis oleh penggerak, tentunya itu adalah BEM Unram.
Hal tersebut juga akan mungkin jika kita berdialog dan mengakui persamaan derajat antar mahasiswa, tidak ada yang lebih tinggi karena anak BEM maupun anak organisasi, semua sama. Jangan sampai ada yang menokohkan diri diatas yang lainnya, bahkan merasa diri lebih mahasiswa dari mahasiswa lainnya.
Barangkali penulis memiliki satu kesimpulan bahwa sebelum menyamaratakan pendapat, terlebih dahulu hendaknya kita menyamaratakan derajat. Tidak ada mahasiswa yang terlalu diagung-agungkan dan menjadi tokoh, sebab, Ketokohan yang dirawat dalam tubuh mahasiswa, merupakan cikal bakal lahirnya penindas baru dalam Republik kecil (kampus).
Keliru Mengenai Gerakan
Jika berangan-angan untuk melakukan gerakan secara multisektoral mestinya harus dimulai dengan gerakan-gerakan sektoral. Tak perlu memikirkan hal itu, BEM Unram justru terlalu jauh bergerak, dengan Ketua BEM mereka yang menjadi Koordinator Pusat BEM SI Rakyat Bangkit terlalu sibuk mengurusi permasalahan yang bukan menyangkut permasalahan kampus tempat ia membayar UKT.
Barangkali ini merupakan kekeliruan bagi penulis mengenai pandangan BEM Unram dalam bergerak. Mengapa kita harus keluar sedang masalah terlalu banyak di Kampus kita? Jika kita ingin gerakannya multisektoral membahas semua permasalahan mengapa kita tidak memulainya dengan gerakan sektoral semisal ‘Pemberantasan pelaku pelecehan seksual’ di Kampus sendiri, atau menyuarakan masalah ‘pendidikan yang terlalu mahal’. Kita bisa memulainya dari situasi dan kondisi kampus sendiri, tidak perlu terlalu jauh.
Kondisi di Unram sekarang sedang ribut-ributnya dengan kasus pelecehan seksual oleh oknum dosen terhadap mahasiswi. Permasalahan Pelecehan seksual bukan kali pertama di Kampus ini, bahkan bisa dibilang ini masalah tahunan yang telah menjamur, dan ini bukan satu-satunya. Barangkali banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi namun karena banyaknya korban yang tidak berani melapor, jadi hanya beberapa yang muncul di media. Kita tidak akan pernah tahu akan hal tersebut karena kita tidak pernah terlalu dalam menyentuh hal tersebut. Anggap saja hal tersebut benar adanya, sebab lembaga yang menjamin keamanan serta keselamatan korban justru hanya menjadi lembaga curhat. Hingga sekarang tidak ada masalah pelecehan seksual yang dapat diselesaikan secara tuntas oleh Satgas PPKS.
Lalu apa masalahnya dengan BEM Unram? Tentu saja diam adalah masalah. Pertanyaannya, pernahkah BEM Unram 2024 bersuara langsung secara lantang selepas kasus pelecehan seksual yang mencuat beberapa waktu lalu. Mereka dengan organ-organ didalamnya seperti Kementerian perlindungan perempuan dan advokasi justru hingga sekarang tidak sampai muncul ke permukaan untuk menyuarakan kasus ini. Muncul namun terlambat, itulah watak heroik, ‘hero muncul belakangan’. Secara kasar BEM dipilih untuk apa?(silahkan anak BEM yang baca merenung sejenak).
Lalu dibalik permasalahan ini, masih perlukah kita menaruh rasa percaya terhadap BEM Unram 2024? Masih butuhkah kita keberadaan BEM Unram 2024? Atau bahkan masih perlukah kita menganggap keberadaan BEM Unram 2024? Haruskah kita memulai gerakan baru tanpa kehadiran BEM Unram 2024? (Silahkan yang bukan anak BEM merenung sejenak)
Yang pasti adalah hal ini perlu kita jadikan bahan refleksi bersama, untuk segera menyusun metode baru untuk bergerak.
Sebab, refleksi tanpa aksi Idealisme yang melarikan diri, aksi tanpa refleksi aktivisme yang berbahaya.
Tambahan
Diatas sudah diuraikan mengenai BEM Unram, namun mungkin banyak yang lupa ada satu lagi organisasi mahasiswa yang mestinya lebih lantang bersuara.
Konon katanya organisasi mahasiswa tersebut bernama DPM Unram. Rumornya organisasi mahasiswa ini masih ada, namun hingga kini keberadaannya masih menjadi tanda tanya.
Sekian
Terima kasih kepada petani tembakau
Orang manggil sih zahir