Lombok Tengah, MEDIA- Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Bangda Kemendagri) Teguh Setyabudi mengatakan, berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2021, yang bersumber dari 233 kabupaten/kota di Indonesia, diketahui jumlah sampah secara nasional mencapai 26,35 juta ton per tahun.
Jumlah tersebut didominasi oleh sampah rumah tangga sebesar 41,01%, sektor perniagaan sebesar 19,48%, dan pasar sebesar 16,04%. Sedangkan untuk komposisi sampah berdasarkan jenis, terdiri atas sampah organik sebesar 41,92%, nonorganik 50,5%, dan lainnya sebesar 7,58%.
Pemprov NTB akan mempelajari penerapan program penanganan sampah yang telah dilakukan oleh pemprov Jawa Barat, sebagai model pengelolaan sampah di Kota Bandung. Kepala Biro Humas dan Protokol Setdaprov NTB Najamuddin Amy menyatakan, jika sampah dikelola dengan baik, akan menjadi berkah. Sebaliknya, jika tak sanggup dikelola dengan baik akan menjadi bencana dan sumber penyakit.
“Di NTB total sampah yang dihasilkan dari 10 kabupaten/kota yang ada di NTB mencapai 3.388 ton per hari. Dari jumlah itu sebanyak 631 ton yang sampai ke 10 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan baru 51 ton yang didaur ulang. Sekitar 80 persen atau 2.695 ton sampah belum terkelola dengan baik,” kata Najamudin Amy, pada Jumat (26/4).
Dikatakan, saat studi banding ke Kantor Pemkot Bandung, Jawa Barat (Jabar), Kabupaten Lombok Timur (Lotim) tercatat sebagai penghasil sampah terbesar dengan produksi 801 ton sampah per hari. Dari keseluruhan sampah itu, baru 15 ton saja yang masuk TPA, sementara 78 ton atau 98 persen lainnya tidak terkelola. Lombok Tengah berada di urutan kedua dengan produksi sampah 645 ton per hari dengan rincian sekitar 12 persen sampah masuk TPA dan 97 persen tidak terkelola.
Dalam hal ini, selaku Mahasiswa khususnya mahasiswa KKN-T Unram 2022 dengan tema KKN Zero Waste, Kelurahan Sasake Kec. Praya Tengah. Kab Lombok Tengah, mengambil peran dalam penangulangan sampah plastik yaitu dengan membuat kerajinan Kursi berbahan dasar plastik yang memiliki nilai jual dimana produk ini dinamakan Ecobrick.
Di mana zero waste adalah prinsip yang berfokus pada pencegahan sampah yang mendorong penggunaan kembali semua produk. Dalam sistem zero waste, semua material dipakai ulang sampai maksimal, dengan tujuan agar kita tidak mengirim sampah ke tempat pembuangan sampah, insinerator, atau laut. Zero waste tidak lepas dari istilah 5 R. Kalau sebelumnya kita mengenal Reduce, Reuse, Recycle, kini ada 2 tambahan R lagi yaitu Refuse dan Rot. Dalam posisi yang berurutan, 5R membantu kita untuk melakukan tahap-tahap mengurangi sampah.
Ecobrick adalah metode untuk meminimalisir sampah dengan media sangkar botol plastik yang diisi dengan limbah anorganik (limbah yang tidak dapat diurai atau diurai) hingga benar-benar keras dan padat. Pemusnahan plastik dengan cara dibakar hanya akan disebabkan oleh pembakaran hanya memperburuk kesehatan melalui zat dioksin yang dihasilkannya. Oleh karena itu, prinsip pengurangan, penggunaan kembali dan selayaknya kita terapkan dalam mengatasi sampah plastik dengan cara simpel namun efektif, yaitu Ecobrick.
Kerajinan ini tidak hanya dibuat semata-mata untuk tujuan proker KKNT UNRAM 2022 saja, melainkan sebagai edukasi kepada masyarakat setempat bagaimana pengolahan dan pemanfaat sampah plastik menjadi barang yang bernilai guna dan ekonomis. (spt/adv)Â